Senin, 28 November 2016

Ilmu Sosial Dasar(ISD) Politik dan Sistem Politik

Nama : Ardiano Vito
Kelas : 1 IA 21
NPM  : 5141601
Politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara), adalah prosespembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.[1] Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenaihakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
  • politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
  • politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
  • politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
  • politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.



SISTEM POLITIK

Pengertian  sistem  politik
A. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur (elemen). Unsur, Komponen, Atau bagian yang banyak ini satu sama lain berada dalam keterkaitan yang saling kait mengait dan fungsional. Sistem dapat diartikan pula sebagai suatu yang lebih tinggi dari pada sekedar merupakan cara, tata, rencana, skema, prosedur atau metode.

B. Pengertian Politik
Politik berasal dari kata “ Polis ” (negara kota), yang kemudian berkembang menjadi kata dan pengertian dalam barbagai bahasa. Aristoteles dalam Politics mengatakan bahwa “pengamatan pertama – tama menunjukan kepada kita bahwa setiap polis atau negara tidak lain adalah semacam asosiasi.
Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan, dasar dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara. Politik pada dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan.
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

C. Pengertian Sistem Politik
Sistem Politik adalah berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi yang bekerja dalam suatu unit atau kesatuan (masyarakat/negara).
Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.
Menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses yang langggeng
Menurut Almond, Sistem Politik adalah interaksi yang terjadi dalam masyarakat yang merdeka yang menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi.
Menurut Rober A. Dahl, Sistem politik adalah pola yang tetap dari hubungan – hubungan antara manusia yang melibatkan sampai dengan tingkat tertentu, control, pengaruh, kekuasaan, ataupun wewenang.
Dapat disimpulkan bahwa sistem politik adalah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam hubungan satu sama lain yanh menunjukan suatu proses yang langsung memandang dimensi waktu (melampaui masa kini dan masa yang akan datang).


Budaya politik
Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan benegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.

Budaya Politik Menurut Para Ahli
•    Albert Widjaya
Budaya Politik adalah aspek politik dari system nilai-nilai yang terdiri dari ide, pengetahuan, adat-istiadat, tahayul, dan mythos (250). Menurut Albert Wijaya, semua aspek politik dikenal dan diakui oleh sebagian besar masyarakat. Budaya Politik member rasional untuk menolak atau menerima nilai-nilai dan norma lain.

•    Almond dan Verba
Budaya Politik sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga Negara terhadap system politik dan aneka ragam bagiannya dan sikap terhadap peranan warga Negara yang ada dalam system itu.

•    Rusadi Sumintapura
Budaya Politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh anggota suatu system Politik.

•    Sidney Verba
Budaya Politik adalah suatu system kepercayaan empiric, symbol-simbol ekspresif dan nilai-nilai yang menegakkan suatu situasi dimana tindakan politik dilakukan.

•    Alan R Ball
Budaya Politik adalah suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan system politik dan isu-isu politik.

•    Austin Ranney
Budaya Politik adalah seperangkat pandangan tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama, sebuah pola orientasi terhadap objek-objek politik.

•    Gabriel A Almond dan G Bingham Powell,Jr.
Budaya Politik berisikan sikap, keyakinan, nilai, dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari populasi.

Bagian-bagian budaya politik
Secara umum budaya politik terbagi atas tiga :
1.    Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, dan pasif)
2.    Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi)
3.    Budaya politik partisipatif (aktif)

Tipe-tipe Budaya politik 
+    Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe budaya politik ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau masyarakat pedalaman di Indonesia. dalam masyarakat ini tidak ada peran politik yang bersifat khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau dukun,yang biasanya merangkum semua peran yang ada, baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religius.
+    Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para subyek menyadari akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat terhadap sistem politik yang ada ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka. Intinya, dalam kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai tentang sistem politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah.
+    Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik. Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung. Masyarakat cenderung di arahkan pada peran pribadi yang aktif dalam semua dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak.

Macam Macam Politik

ALMOND & POWELL,MEMBAGI 3 KATEGORI SISTEM POLITIK YAKNI:

•    sistem sistem primitif yang bekerja dengan sebentar sebentar istirahat.sistem politik ini sangat kecil kemungkinanya untuk mengubah perananya menjadi terspesialisasi atau lebih otonom.sistem ini lebih mencerminkan suatu kebudayaan yang samar samar dan bersifat keagamaan.
•    sistem sistem tradisional dengan struktur struktur bersifat pemerintahan politik yang berbeda beda dan satu kebudayaan “subyek”
•    sistem sistem modern dimana struktur struktur politik yang berbeda beda berkembang dan mencerminkan aktivitas budaya politik.

ALFIAN mengklasifikasikan sistem politik terbagi 4 yaitu :
•    sistem politik otoriter/totaliter
•    sistem politik anarki
•    sistem politik demokrasi
•    sitem politik demokrasi dalam transisi.
kata demokrasi dalam politik memiliki makna umum yaitu,adanya perlindungan hak asasi manusia,menjunjung tinggi hukum,tunduk terhadap kemampuan orang banyak ,tanpa mengabaikan golongan kecil agar tidak timbul diktator mayoritas.
pada setiap sistem politik negara negara dunia,akan selalu dijumpai adanaya struktur politik.struktur politik didalam suatu negara adalah pelembagaan hubungan organisasi antara komponen komponen yang membentuk bangunan politik.struktur politik sebagai bagian dari struktur yang pada umunya selalu berkenaan dengan alokasi nilai nilai yang bersifat otoritatif,yaitu yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.
permasalahan politik menurut AFIAN dapat dikaji melalui berbagai pendekatan,yaitu dapat didekati dari sudut kekuasaan,strukjtur politik,komunikasi politik,konstitusi,pendidikan,dan sosialisasi politik,pemikiran dan kebudayaan politik.
sistem politik yang pada umumnya berlaku disetiap negara meliputi dua struktur kehidupan politik , yakni infrastruktur politik dan suprastruktur politik.

Ciri ciri Budaya Politik
1.    adanya pengaturan kekuasaan
2.    proses pembuatan kebijakan pemerintah
3.    adanya kegiatan dari partai-partai politik
4.    perilaku dari aparat-aparat Negara
5.    adanya budaya politik menyangkut masalah legitimasi
6.    adanya gejolak masyarakat  terhadap kekuasaan yang memerintah
7.    menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat

Faktor Penyebab Budaya Politik
1.    Tingkat pendidikan
2.    Tingkat ekonomi
3.    Reformasi politik
4.    Supremasi hukum
5.    Media komunikasi yang independen
Insan Politik

•    Kerja sama merupakan salah satu bentuk interaksi (hubungan) yang dibangun oleh manusia yang satu dengan manusia yang lain. Kita tahu bahwa dalam masyarakat, orang hidup bersama. Tetapi, kebersamaan tidak akan bermakna apabila orang tidak melakukan interaksi dengan orang lain. Orang dapat berkomunikasi, bekerja sama, bahkan bersaing satu sama lain. Interaksi seperti inilah yang dapat membuat kehidupan menjadi dinamis.
•    Dalam kehidupan sosial terdapat banyak sekali bentuk interaksi. Salah satu bentuk interaksi antarmanusia adalah politik. Di dalam politik, orang mencoba untuk memperjuangkan apa yang menjadi kepentingannya melalui berbagai cara. Di dalam politik pula orang dapat bekerja sama dan bersaing. Tetapi, dalam masyarakat yang beradab, berbagai bentuk interaksi tersebut harus didasarkan pada aturan yang demokratis.
•    Pada sisi lain, telah kita pahami bersama bahwa manusia pada dasarnya juga merupakan mahkluk individu. Sebagai individu, tentu masing-masing manusia memiliki kepentingan yang berbeda. Kepentingan tersebut dicoba diperjuangkan oleh mereka sehingga kadang terjadi persaingan kepentingan. Memperjuangkan kepentingan jelas merupakan hak manusia, tetapi memperjuangkan kepentingan dengan menghalalkan segala cara merupakan tindakan yang menghina kemanusiaan. Maka kemudian diciptakan mekanisme politik sebagai salah satu cara agar upaya untuk memperjuangkan kepentingan tersebut dilakukan secara beradab, dengan cara-cara damai, dan berdasarkan aturan.
•    Walupun politik di satu sisi dipandang sebagai gelanggang tempat terjadinya persaingan kepentingan, tetapi pada saat yang sama politik juga harus dilihat sebagai arena untuk bekerja sama demi meraih tujuan bersamamelalui kegiatan bersama. Jadi, aspek kerja sama antarmanusia sebagai insan politik tidak boleh diabaikan begitu saja dalam berbagai kegiatan politik. Jika kita mampu memahami politik dalam arti yang demikian, maka kita tidak akan melakukan upaya-upaya kotor yang justru menghancurkan nilai dasar keberadaan manusia sebagai insan politik.
•    Insan politik yang demokratis tidak akan mengutamakan kekerasan untuk memperjuangkan kepentingannya dan selalu siap bermusyawarah untuk mencapai kemufakatan. Selain itu, dia memiliki kepedulian yang tinggi terhadap persoalan bersama. Keaktifan insan politik untuk berpatisipasi dalam berbagai kegiatan politik akan menentukan bentuk interaksi politik antarpelaku politik. Karena itulah diantara insan politik sendiri perlu ada kehendak untuk saling memahami, walaupun mungkin mereka memiliki kepentingan yang berbeda.

REFRENSI:
https://id.wikipedia.org/wiki/Politik
http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.co.id/2012/08/makalah-sistem-politik.html

Ilmu Sosial Dasar(ISD) Perguruan Tinggi dan Pendidikan

Nama : Ardiano Vito
Kelas : 1 IA 21
NPM  : 5141601
1. Pendidikan
Kata pendidikan merupakan istilah  yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat umum dengan  konteks pemahaman  yang bervariasi, dari yang abstrak sampai dengan yang kongkrit praktis. Hal ini terjadi karena operasionlisasi pendidikan sebagai suatu konsep yang kurang menyeluruh ditambah dengan praktek-praktek pendidikan yang terdefinisikan secara sempit misalnya mempadankan pendidikan dengan sekolah atau lembaga-lembaga lainnya yang dianggap sejenis.
Semua itu pada dasarnya menggambarkan proses evolusi perubahan pemaknaan tentang suatu  konsep seiring dengan perubahan sosial budaya yang terus berlangsung. Terdapat banyak pengertian pendidikan dengan titik tekan yang berbeda meski mengacu pada esensi yang sama, berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi :
  1. 1.     Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa (J.J. Rousseau)
  2. 2.     Pendidikan merupakan usaha manusia dewasa  membimbing manusia  yang belum dewasa  kearah  kedewasaan (M.J. Lengeveld)
  3. 3.     Pendidikan adalah usaha manusia untuk menyiapkan dirinya  untuk suatu kehidupan yang bermakna (Theodore M. Greene)
  4. 4.    Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada  pada anak-anak iatu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Ki Hajar Dewantara)
  5. 5.     Pendidikan itu adalah  usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu  memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatannya (Soegarda Poerbakawatja)
  6. 6.     Pendidikan ialah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani (Driyarkara)
  7. 7.     Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia (John Dewey)
  8. 8.     Pendidikan  sebagai the art and process of imparting or acquiring knowledge and habit through instructional as study (Joe Park)
  9. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang (UU No 2 tahun 1989)
Bila melihat pengertian pengertian pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas nampak bahwa para akhli cenderung mengartikan pendidikan dalam maknanya yang abstrak, dan cenderung bersifat filosofis, sehingga sulit dilakukan pengukuran-pengukuran yang obyektif atas keberhasilannya, hal  ini berakibat pada timbulnya konteroversi dalam melihat tentang keberhasilan suatu pendidikan.
Namun demikian dalam aplikasinya pemaknaan pendidikan lebih berkecenderungan pada dimensi pengajaran atau pembelajaran yang secara pragmatis lebih dipersempit lagi pada lembaga seperti sekolah atau bentuk lain yang setara. Keadaan ini memang cukup memprihatinkan, tapi itulah fakta persepsi social tentang pendidikan.
Diakui atau tidak, memang dikalangan akademisi pun kecenderungan itu bukan tidak ada, tapi paling tidak hal tersebut  diharapkan dapat mendorong para akhli untuk mengkaji tentang masalah proses pembelajaran yang dilakukan dalam lembaga pendidikan baik pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Perkebangan belakang ini dalam bidang pendidikan  nampaknya mengacu pada empat pilar pendidikan UNESCO yaitu  learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Oleh karena itu pengelolaan/manajemen pembelajaran juga perlu mengakomodasikan semua kecenderungan tersebut, megingat proses pembelajaran dengan seluruh aspek dan dimensinya merupakan inti dari proses pendidikan, dan keberhasilan dalam pengelolaannya merupakan salahsatu indicator penting pencapaian tujuan pendidikan. Namun demikian, kenyataan tersebut  (akibat pemahaman pendidikan yang cenderung menyempit) harus dipandang sebagai bagian dari suatu unsur penting dalam konstelasi dan proses pendidikan yang punya cakupan luas, baik dalam dimensi ataupun substansi, yang dapat terjadi dalam suatu lembaga pendidikan termasuk Perguruan Tinggi, karena dimasa datang nampaknya peran Perguruan Tinggi tidak bisa hanya bertumpu pada proses pembelajaran terstruktur.
  1. 2.    PERAN PERGURUAN TINGGI
Lingkungan Perguruan Tinggi dimanapun berada,  sedang mengalami perubahan yang sangat cepat, secara global perubahan terlihat dalam bentuk berkembangnya masyarakat informasi yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam situasi yang demikian penguasaan ilmu pengetahuan oleh individu dan atau organisasi akan menjadi prasyarat dan modal dasar bagi upaya pengembangan diri dan organisasi dalam situasi yang makin kompetitif.
Dalam masyarakat yang demikian setiap orang dan atau organisasi terpaksa dan dipaksa untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan jika ingin tetap hidup dan berkembang. Keadaan yang demikian menurut Prof. Sularso, Guru Besar ITB, disebabkan oleh cepatnya perubahan kebutuhan kompetensi perorangan maupun organisasi  dalam dunia yang penuh perubahan dan persaingan.
Kondisi yang demikian merlukan respon proaktif dari seluruh lapisan masyarakat, terlebih-lebih lagi Perguruan Tinggi sebagai center of excellence  jelas harus melakukanrepositiong dalam konteks lingkungan eksternal melalui upaya restructuring internal yang terencana dengan baik (well-planned), dilaksanakan dengan baik (well-actuated), dan dievaluasi dengan baik secara berkesinambungan (well evaluated/controlled) dalam bingkai semangat continous updating.
Lebih jauh, perubahan-perubahan cepat yang terjadi di masyarakat perlu disikapi secara tepat dengan melakukan refleksi mendalam tentang apa peran Perguruan Tinggi yang telah dimainkan sekarang ini ?, serta bagaimana kemungkinan peran tersebut di masa datang ?, untuk menjawab hal ini nampaknya diperlukan suatu analisis mendalam tentang kondisi aktual serta analisis prediktif tentang kemungkinan-kemungkinan peran di masa datang dengan memahami trend yang sedang terjadi, dengan kata lain analisis situasi yang bisa menjelaskan sejarah masa depan, hal ini jelas sangat penting agar peran Perguruan Tinggi dapat tetap terjaga meski hal ini mungkin menuntut perubahan posisi keberadaannya dibanding sekarang.
Dari sudut pandang filosofis, Perkembangan Iptek yang sangat cepat, telah makin mengokohkan faham pemikiran Pragmatisme-utilitarianisme, dimana segala sesuatu cenderung dilihat daru sudut manfaat dan kegunaan praktis bagi kehidupan, keadaan ini telah mengakibatkan pemahaman dan orientasi pendidikan mengalami pragmatisasi, dimana sebelumnya pendidikan lebih dilihat secara ideal sebagai upaya untuk mendewasakan manusia melalui tranmission of culture, value, and Norm tanpa atau kurang memperhatikan dampak praktisnya atau lebih khusus dampak ekonomi bagi kehidupan masyarakat.
Keadaan yang demikian menjadikan tuntutan masyarakat terhadap pendidikan/lembaga pendidikan termasuk Perguruan Tinggi mengalami pergeseran dari tuntutan yang sifatnya idealis ke arah tuntutan yang lebih praktis-pragmatis. Namun demikian nampaknya akan sangat bijak apabila pergeseran tersebut dilihat sebagai gerak bandul dengan dua ujung, dimana yang satu sama sekali tidak menafikan yang lain, idealisme tidak dianggap sebagai pengekang pragmatisme, dan pragmatisme tidak dianggak akan menghapus pemahaman ideal tentang pendidikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dimensi ekonomi dewasa ini telah mendominasi tuntutan masyarakat terhadap dunia pendidikan, lembaga pendidikan yang lulusannya mudah mendapat pekerjaan sangat diminati, hal ini bukan sesuatu yang salah bahkan sangat rasional, namun Lembaga pendidikan perlu mensikapinya dengan tepat, sebab pertimbangan masyarakat bertumpu pada dimensi sekarang dan kekinian dengan lingkupparsial, sedangkan Lembaga pendidikan mesti mempertimbangkan juga dimensikenantian sehingga lebih bersifat holistik.
Untuk mengantisipasi dan merespon hal tersebut di atas, diperlukan upaya-upaya untuk memampukan Perguruan Tinggi menjadi pelopor dalam pembinaan dan pengembangan Sumberdaya manusia yang terintegrasi guna memenuhi (1) kebutuhan warga masyarakat yang berorientasi ideal atas pendidikan, melalui penciptaan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya spirit akademik yang dinamis, serta dapat menjadi wahana sosialisasi nilai-nilai, norma, dan sikap mandiri, dan (2) kebutuhan masayarakat yang berorientasi pragmatis melalui kesiapan mendidik manusia yang dapat terserap oleh dunia usaha sesuai spesifikasinya masing-masing.
Semua itu secra fundamental akan berpengaruh pada bagaimana proses pembelajaran di Perguruan Tinggi diselenggarakan, dan untuk ketepatan merespon maka pemahaman mengenai trend modus Pembelajaran perlu dicermati agar Pendidikan di Perguruan Tinggi dapat tetap berperan dan mampu menjangkau berbagai kelompok masyarakat yang membutuhkannya.
        Perkembangan Modus Pembelajaran
Belakangan ini modus atau cara pembelajaran nampak telah banyak mengalami pergeseran/perubahan sebagai akibat dari perkembangan teknologi yang memungkinkan penggunaan cara-cara baru dalam pembelajaran, terlebih lagi dengan makin intensnya Dunia Usaha menyelenggarakan pembinaan dan peningkatan kemampuan profesional Sumberdaya manusia yang dimilikinya. Adapun trend pembelajaran yang terjadi menurutSularso dapat diidentifikasi dari fenomena berikut :
  1. Globalisasi Pembelajaran
  2. Desentralisasi fungsi pembelajaran
  3. Pembelajaran seumur hidup
Globalisasi pembelajaran terjadi akibat perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi yang sangat cepat, sumber-sumber belajar menjadi sangat terdistribusi, banyak orang dapat mengakses sumber-sumber pengetahuan secara interaktif melalui jaringan internet, disamping itu para pakar secara individu maupun organisasi dapat menjual kepakarannya dalam paket-paket pembelajaran tanpa perlu tatap muka secara langsung. Keadaan ini jelas berakibat makin terdesentralisasinya fungsi pembelajaran, lembaga pendidikan formal termasuk perguruan Tinggi tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan, bahkan kalangan industri/dunia usaha pun banyak melakukan kegiatan pembelajaran dengan sangat profesional sesuai dengan berkembangnya keperluan menciptakan Learning organization
Keadaan tersebut menjadikan Lembaga Pendidikan (baca Perguruan Tinggi) menghadapi kompetitor yang tangguh, mengingat pesatnya kemajuan yang terjadi telah menumbuhkan kesadaran perlunya belajar secara terus menerus, sebab jika tidak maka keusangan akan menjadi konsekwensi nyata dan format-format pendidikan reguler yang diselenggarakan hanya secara konvensional akan mudah ketinggalan mengingat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
        Mendinamiskan Praktek pembelajaran
Trend pembelajaran sebagaimana diungkapkan di atas, nampaknya perlu direspon dengan tepat, meski perlu segera disadari bahwa ketepatan respon perlu juga memperhatikan local genius sebagai ibu dimana Perguruan Tinggi/lembaga pendidikan itu berada (ini sesuai dengan faham post-modernisme yang salah satu prinsipnya adalah deconstructionisme). Namun yang jelas upaya-upaya untuk terus mendinamiskan proses pembelajaran merupakan suatu keharusan meskipun banyak sekali variabel kendala yang mesti diatasi guna mencapai variabel tujuan yakni kemampuan lembaga pendidikan/Perguruan Tinggi untuk tetap berperan dan tetap dapat menjadi leading sector dalam kehidupan manusia.
Dalam hubungan ini apa yang telah dilakukan di Amerika (tidak harus diikuti tapi perlu difikirkan dan dianalisis kemungkinannya) yang menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran (The seven principles for good practice in undergraduate education)dimana Lembaga Pendidikan/Perguruan tinggi  dalam proses pembelajaran sebaiknya mempertimbangkan seven principles  yaitu :
  1. mendorong kontak antara mahasiswa dan dosen (di luar kelas)
  2. mendorong kerjasama antar mahasiswa
  3. mendorong belajar aktif
  4. memberikan umpan balik segera
  5. menekankan waktu dan tugas
  6. mengkomunikasikan ekspektasi tinggi
  7. menghormati bakat yang berbeda-beda
prinsip-prinsip tersebut memang tidak dapat dianggap formula jitu dalam mendinamisasikan proses pembelajaran dan pendidikan pada umumnya namun paling tidak sebagai bahan untuk dipertimbangkan nampaknya sangat perlu.
3. PENUTUP
Upaya mendinamisasikan proses pembelajaran di Perguruan Tinggi memang memang merupakan hal yang penting, tingkat kepentingannya dalam kontek peran perguruan tinggi sangat tergantung kepada unsur-unsur lain jang menjadi sub sistem Perguruan Tinggi, seperti kualitas Tenaga dosen, fasilitas fisik, iklim akademik yang dinamis serta jaringan komunikasi global/sisteminformasi berbasis teknologi, yang semua itu terbingkai dalam suatu budaya organisasi perguruan tinggi yang berorientasi masa depan.

REFRENSI:
https://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/pend-tinggi/pendidikan-dan-peran-perguruan-tinggi/

Ilmu Sosial Dasar(ISD) Pemuda dan Sosialisasi

Nama : Ardiano Vito
Kelas : 1 IA 21
NPM  : 5141601

INTERNALISASI BELAJAR DAN SPESIALISASI 
Masa remaja adalah masa transisi dan secara psikologis sangat rentang dengan problematis masa ini menjadikan para remaja dalam keadaan anomi atau keadaan tanpa norma atau hukum akibat kontradiksi maupun orientasi mendua. Dan menurut Dr. Male Orientasi mendua adalah orientasi yang bertumpu pada harapan  orang tua, masyarakat dan bangsa yang sering bertentangan dengan keterikatan dan loyalitas terhadap teman sebaya apakah itu dilingkungan belajar (sekolah) atau di luar sekolah.
Masa remaja biasanya ditandai beberapa ciri. Yang pertama, keinginan memenuhi dan menyatakan identitas diri.Dan yang kedua, kemampuan ingin melepaskan diri dari ketergantungan orang tua.Dan yang ketiga, kebutuhan untuk memperoleh ekseptabilitas di tengah sesama remaja. Sehingga para remaja dibutuhkan bekal khusus yang mengenai ketrampilan berinformasi yang mencakupi kemampuan menemukan, memilih menggunakan dan mengevaluasi informasi. Penghayatan  mengenai proses perkembangan bukan suatu proses kontinum yang sambung menyambung tetapi fragmentaria (terpecah-pecah).

Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani dengan berbagai macam – macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda sangat diharapkan sebagai generasi penerus bangsa, dengan kata lain generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.
             Sosialisasi merupakan sebuah proses dimana kebiasaan itu ditanam atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya atau dalam sebuah kelompok atau masyarakat.

Internalisasi belajar dan Spesialisasi
 Internalisasi adalah proses penanaman pengetahuan ke dalam otak. Di proses ini, pengetahuan eksplisit (kelihatan, biasanya dalam bentuk simbol dan kode) yang dapat diubah ke dalam bentuk tasit (tak kelihatan). Contoh internalisasi adalah membaca buku, cetak maupun digital. Buku cetak tentu tak perlu dihadirkan dengan teknologi informasi. Sedangkan buku digital atau elektronik memerlukan teknologi informasi.
Proses Sosialisasi
    Tahap persiapan (Preparatory Stage)
    Tahap meniru (Play Stage)
    Tahap siap bertindak (Game Stage)
    Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)

Menurut pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda
Generasi muda dapat dilihat dari berbagai aspek sosial, yakni:
    Sosial psikologi
    sosial budaya
    sosial ekonomi
    sosial politik

Permasalahan pada Generasi Muda
    Masalah-masalah yang menyangkut generasi muda dewasa ini adalah:
    Dirasakan menurunnya jiwa nasionalisme, idealisme dan patriotisme di kalangan generasi muda
    Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya
    Belum seimbangnya jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia
    Kurangnya lapangan dan kesempatan kerja.
    Kurangnya gizi yang dapat menghambat pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasan
    Masih banyaknya perkawinan-perkawinan di bawah umur
    Adanya generasi muda yang menderita fisik dan mental
   Pergaulan bebas
    Meningkatnya kenakalan remaja, penyalahagunaan narkotika
    Belum adanya peraturan perundang-undangan yang mengangkut generasi muda.

Peran Pemuda Dalam Masyarakat
Peran pemuda yang didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
    Peranan pemuda yang menolak unsur menyesuaikan diri dengan lingkungannya
    Asas edukatif
    Asas persatuan dan kesatuan bangsa
    Asas swakarsa
    Asas keselarasan dan terpadu
    Asas pendayagunaan dan fungsionaliasi

Arah Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Arah pembinaan dan pengembangan generasi muda ditunjukan pada pembangunan yang memiliki keselarasn dan keutuhan antara ketiga sumbu orientasi hidupnya yakni.
    Orientasi ke atas kepada Tuhan Yang Masa Esa.
    Orientasi dalam dirinya sendiri
    Orientasi ke luar hidup di lingkungan
    Peranan Mahasiswa dalam Masyarakat :
    Agen of change
    Agen of development
    Agen of modernization

Tujuan Sosialisasi
    memberikan keterampilan kepada seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat
    mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif
    membantu mengendalikan fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
    Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat.

Mengembangkan Generasi Muda yang Progresif
Generasi muda memiliki kecenderungan untuk bersikap antusias dalam menghadapi berbagai isu, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu, idealisme yang terkandung dalam jiwa dan pikiran generasi muda memungkinkan generasi muda untuk memainkan peranan penting dalam kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Karena sifatnya ini, generasi muda menjadi kelompok yang potensial untuk mendukung pembangunan. Dengan demikian, generasi muda perlu dilibatkan dalam setiap perencanaan pembangunan, sehingga pelayanan dapat lebih disesuaikan dengan sasaran yang ingin dicapai. Namun demikian, progresifitas generasi muda tidak hanya penting dalam kerangka pemberdayaan generasi muda, tapi juga memberikan kontribusi bagi penyiapan generasi selanjutnya, serta regenerasi kepemimpinan di masa mendatang.
PERGURUAN TINGGI
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebutmahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen.
Menurut jenisnya perguruan tinggi dibagi menjadi 2 :
1.      Perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh Negara

2.      Perguruan tinggi swasta, adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh swasta.

sumber : 
http://rfun474.blogspot.com/2013/11/rangkuman-materi-pemuda-dan-sosialisasi.html
http://inspirationofmylive.blogspot.com/2012/01/ringkasan-materi-bab-4.html

Ilmu Sosial Dasar(ISD) Fungsi Keluarga

Nama : Ardiano Vito
Kelas : 1 IA 21
NPM  : 51416017

1. PENGERTIAN KELUARGA

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga “kulawarga” yang berarti “anggota” dan “kelompok kerabat”. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga inti (”nuclear family”) terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian dari keluarga :

A. Menurut Departemen Kesehatan RI (1998)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

B. Menurut Ki Hajar Dewantara

Keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki,esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.

C. Menurut  Salvicion dan Ara Celis

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau lebih dengan adanya ikatan perkawinan atau pertalian yang hidup dalam satu rumah tangga di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga dan berinteraksi diantara sesama anggota keluarga yang setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing sehingga diciptakan untuk mempertahankan suatu kebudayaan.

2. BENTUK-BENTUK KELUARGA

Keluarga dibagi menjadi beberapa bentuk berdasarkan garis keturunan, jenis perkawinan, pemukiman, jenis anggota keluarga dan kekuasaan.


Berdasarkan Garis Keturunan 

  1. Patrilinear adalah keturunan sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
  2. Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa ganerasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

Berdasarkan Jenis Perkawinan

  1. Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan seorang istri.
  2. Poligami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan lebih dari satu istri.

Berdasarkan Pemukiman

  1. Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga sedarah suami.
  2. Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga satu istri
  3. Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun istri.

Berdasarkan Jenis Anggota Keluarga

  1. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
  2. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara. Misalnya : kakak, nenek, keponakan, dan lain-lain.
  3. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
  4. Keluarga Duda/janda (Single Family) dalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
  5. Keluarga Berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
  6. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang terjadi tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

Berdasarkan Kekuasaan

  1. Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah.
  2. Matrikal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.
  3. Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah dan ibu.

3. FUNGSI KELUARGA


1. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.

2. Fungsi Sosialisasi Anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
4. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
6. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
7. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb.
8. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.
9. Memberikan kasih sayang,perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4. PERANAN KELUARGA 
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. 
 2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. 
3. Peranan Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
5. TUGAS POKOK KELUARGA
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut : 
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya. 
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga. 
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga. 
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
 7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

REFERENSI :